Minggu, 09 April 2017

Testimoni Selama Mengikuti Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Haii haiii.. Pada postingan kali ini saya akan membuat testimoni selama saya mengikuti Mata Kuliah Psikologi Pendidikan di Universitas Sumatera Utara. Mata Kuliah Psikologi Pendidikan merupakan mata kuliah yang baru kami pelajari di semester 2 ini selama kuliah.
Selama saya mengikuti mata kuliah psikologi, saya mulai mengetehui apa yang belum saya ketahui tentang dunia pendidikan. Belajar psikologi pendidikan pasti timbul dalam benak berprofesi jadi pengajar. Ya itu cita-cita saya dari dulu.
Banyaknya tugas pada mata kuliah ini minta ampun, bikin pusyiing. Untuk kebanyakan tugas dikerjakan sejara berkelompok. Jadi, bisa bagi bagi tugas biar lebih gampang dan gak bikin pusing. Tapi, dengan adanya tugas itu membuat saya lebih mengerti dan memahami teori-teori dan lain-lain. Dan dengan belajar psikologi pendidikan, saya bisa memperbaiki diri saya terlebih dahulu sebelum nantinya memperbaiki orang lain. Meski sedikit demi sedikit mulai memahami diri sendiri dan bisa memotivasi diri sendiri. Namanya juga sedang berobat jalan di Psikologi.
Setiap materi kuliah pasti selalu ada tugas, dan termasuk tugas Observasi. Pikiran pertama itu pasti sulit, ribet, dan bakal tidak menyenangka. Tau, pikiran seperti ini harus di kubur dalam-dalam. Seperti hukum ketertarikan (law of attraction) apa yang kita pikirkan pasti tidak jauh beda dengan hasil kenyataannya. Ya.. tugas observasi ini tidak terlalu menyenangkan, tetapi memberikan banyak pengalam. Kebetulan kelompok kami mendapat bagian mengobservasi di tingkat pendidikan SMA jadi memberikan pengalaman bagi saya bagaiman karakter anak SMA. Sebenarnya saya lebih suka observasi anak SD atau TK karena, yang di observasi masih lucu-lucu dan gemesin.

Belajar psikologi pendidikan sebenarnya sangat menyenangkan, tapi mungkin karna skarang masih kebanyakan belajar teori-teori sehingga merasa bosan. Tapi, itu pelajaran yang sangat berguna utuk saya kedepannya. Terimakasih buat dosen Psikologi Pendidikan, karna telah memberikan banyak ilmu kepada saya dan membagikan ilmunya dengan sabar dan menyenangkan.

Sabtu, 08 April 2017

Hasil Observasi SMA N 15 Medan

Oleh kelompok 5 :      
 Suci Pratiwi 161301020
 Nur Aliya 161301025
 Fanny Sofy Ariski 161301028
 Septiani G Naibaho 161301036
 Melsy Yuniar Silalahi 161301042
 Devi Novia Sari 161301057
 Agung Muh 161301072

Pengaruh Motivasi Terhadap Proses Belajar Siswa

Kata Pengantar
Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat Nya. Yang mana dengan karuniaNya lah kami dapat menyelasaikan tugas laporan observasi yang bertemakan “Motivasi”
Terimakasih juga kami ucapkan kepada Dosen Pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan karena telah memberikan tugas sehingga kami dapat pengetahuan dan pengalaman serta membentuk  kami menjadi sebuah kelompok yang kompak dan menikmati kebersamaan kami
Adapun laporan observasi ini kami susun guna untuk menampilkan hasil pengamatan kami dan guna memenuhi persyaratan nilai tugas dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan di Fakultas Psikologi Sumatera Utara.
Kami selaku penyusun sadar akan ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam hal sistem penyusunan maupun hasil observasinya. Oleh sebab itu kami sangat senang jika ada yang mengkritik dan memberikan kami saran yang dapat membangun guna mengembangkan pengetahuan kami dan kami lebih baik lagi dalam laporan observasi yang berikutnya

            Tim Penyusun

Kelompok 5

Bab I :
PENDAHULUAN

Topik  : Peran Motivasi pada Kegiatan Belajar Mengajar
Identitas Sekolah
Nama Sekolah             : SMA N 15 Medan
Alamat Sekolah           : Jalan Sekolah Pembangunan No.7, Sunggal, Medan Selayang
Uraian Aktivitas Observasi
Jadwal Observasi        : Jumat 31 Maret 2017
Waktu Observasi         : 09.00 WIB -11.30 WIB
Objek Observasi          : Seluruh Siswa kelas 10 IPA 2 SMA Negeri 15 Medan
Hari Pelaksanaan         : Jumat
Waktu Pelaksanaan     : 31 Maret 2017
Pelaksanaan
No.
Kegiatan
Tanggal
1.
Diskusi perencanaan kegiatan dan metode yang digunakan
13 Maret 2017
2.
Minta izin ke SMA 15 Medan
15 Maret 2017
3.
Permohonan surat izin observasi dari fakultas
16 Maret 2017
4.
Pengambilan surat izin yang sudah di sahkan fakultas
20 Maret 2017
5.
Pengajuan Surat ke SMA 15 Medan
22 Maret 2017
6.
Ke sekolah lagi mencari dan meminta izin pada guru yang mengajar dikelas yang hendak diobservasi
29 Maret 2017
7.
Observasi
31 Maret 2017
8.
Evaluasi hasil observasi masing-masing anggota
31 Maret 2017
9.
Perencanaan penyusunan laporan observasi
6 April 2017

Observasi dilakukan pada tanggal 31 Maret 2017 di sekolah SMA 15 Medan. Masing-masing dari anggota kelompok berangkat dari kampus bersama-sama menuju SMA 15 Medan pada pukul tengah delapan pagi dan sampai pada pukul delapan pagi. Kelompok melakukan briefing terlebih dahulu apa-apa saja yang akan diobservasi, bagaimana pembagian tugas serta pertanyaan seperti apa saja yang akan dilemparkan pada siswa-siswa tersebut. Kelompok mengambil jam pelajaran ke 2 pukul 9 pada mata pelajaran Ekonomi dan mengambil jam pelajaran selanjutnya pada mata pelajaran KIMIA hingga pulang sekolah. Kemudian dua anggota kelompok menemui guru yang akan masuk pada kelas untuk berkoordinasi masalah waktu yang akan kelompok gunakan nantinya.
Setelah itu, kelompok bersama dengan guru masuk ke kelas X IPA 2 yang menjadi kelas untuk bahan observasi. Pertama, kelompok memperkenalkan diri dan memaparkan tujuan kedatangan. Setelah itu kelompok mengambil tempat paling belakang untuk melihat secara menyeluruh proses belajar-mengajar. Dua anggota bertugas sebagai dokumentasi, 1 sebagai perekam video dan satu lagi dokumentasi foto, namun kami juga meletakkan video disudut ruangan untuk menyorot bagian sisi lain kelas. Setelah berakhirnya kelas, kelompok mengambil waktu memberikan beberapa pertanyaan yang mengacu pada poin yang diobservasi.
Observasi dilanjutkan pada jam pelajaran ke 3 dan 4  mata pelajaran Kimia, namun diselingi jam istirahat 15 menit. Sebelum masuk kelompok kembali menemui guru Kimia tersebut untuk minta izin mengambil waktu 1 les agar kelompok bisa melakukan observasi dengan melemparkan beberapa pertanyaan lagi, dan guru tersebut menyetujuinya. Ketika bel masuk berbunyi, kami bergegas masuk ke kelas yang sama bersama Ibu guru dan memulai sesi tanya-jawab. Pada les kedua kami mengakhirinya dan menyerahkan proses belajar pada Ibu guru, dan kami kembali mengambil tempat dibelakang untuk melanjutkan observasi.
Bel tanda kelas usai pun berbunyi dan observasi berakhir, kelompok pun mengucapkan terimakasih pada teman-teman X IPA 2 dan tentunya juga pada Ibu guru yang mengajar. Sebelum kelas bubar, kelompok meminta waktu sedikit untuk melakukan sesi dokumentasi berupa foto bersama guru dan siswa. Setelah itu, kelompok bergegas ke ruang Humas untuk mengucapkan terimakasih atas kesempatan yang diberikan untuk melakukan observasi. Setelah kegiatan selesai, kelompok kembali ke kampus untuk musyawarah bagaimana penyusunan makalah yang akan dilakukan. Sehabis musyawarah masing-masing anggota kembali ke rumah masing-masing.
Latar Belakang
Sekolah mempunyai peran penting sebagai lembaga pendidikan yang mengembangkan potensi potensi siswa, agar mampu menjalani tugas dalam kehidupan baik secara individual maupun sosial. Sekolah sebagai suatu organisasi kerja yang terdiri dari beberapa kelas.
Didalam kelas pasti ada proses belajar mengajar yang terjadi. Di dalam proses belajar dan mengajar ini juga pasti akan ada terjadinya interaksi guru dengan murid. Adanya interaksi guru dan murid akan membuat kelas lebih aktif. Dan dalam proses belajar mengajar, banyak faktor yang memengaruhinya salah satunya “motivasi”. Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan tahan lama.
Di dalam kegiatan belajar mengajar, perananan motivasi sangat diperlukan. Dengan motivasi pelajar dapat mengembangkan aktivitas inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam kegiatan belajar. Dengan adanya ketekunan dalam kegiatan belajar, siswa akan menghasilkan prestasi akademik yang baik. Karena dengan adanya motivasi yang kuat akan mempunyai keinginan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sehingga bisa jadi siswa yang memiliki inteligensi yang tinggi menjadi gagal karena kekurangan motivasi, sebab hasil belajar itu akan optimal bila terdapat motivasi yang tepat. Dan bila siswa mengalami kegagalan dalam belajar, hal ini bukanlah semata-mata kesalahan siswa, tetapi bisa saja si guru karena guru tidak berhasil dalam membangkitkan motivasi siswa.
Motivasi yang kuat dalam diri siswa akan meningkatkan minat, kemauan, dan semangat yang tinggi dalam belajar, karena antara motivasi dan semangat belajar mempunyai mempunyai hubungan yang erat.
Motivasi sangat berperan dalam belajar, dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar mengajar, dan dengan motivasi itu pula hasil belajar siswa dapat di wujudkan dengan baik. Siswa yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas akan tekun dan berhasil dalam belajar. Tingginya motivasi dalam belajar berhubungan dengan prestasi belajar.   
Tujuan Observasi
Untuk mengetahui Orientasi Belajar,Motivasi, Pendidikan Multikultural, dan Manajemen Kelas. 




Bab II:
LANDASAN TEORI

Orientasi Belajar
·         Perencanaan Pelajaran Teacher-Centered
Pada pendekatan ini, perencanaan dan instruksi disusun dengan ketat dan guru mengarahkan pembelajaran pada murid.Terdapat tiga alat umum di sekolah yang berguna dalam perencanaan teacher-centered, (i) menciptakansasaran behavioral (perilaku), (ii) menganalisis tugas, (iii) dan menyusun taksonomi (klasifikasi) instruksional.
(i)                 MenciptakanSasaran Behavioral.
Sasaran behavioral (behavioral objectives) adalah pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan terjadi dalam kinerja murid. Menurut Robert Mager (1962), sasaran behavioral harus spesifik.

(ii)               MenganalisisTugas.
Menganalisis tugas difokuskan pada pemecahan suatu tugas kompleks yang dipelajari murid menjad ikomponen-komponen (Albert & Troutman, 1999).

(iii)             MenyusunTaksonomiInstruksional.
Taksonomi  adalah system klasifikasi. Taksonomi Bloom dikembangkan oleh Benjamin Bloom  dan kawan-kawannya (1956).Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi tiga domain : kognitif,  afektif,  dan psikomotor.

·         Perencanaan Pelajaran Learner-Centered
Learner-Centered adalah instruksi dan perencanaan kelas yang menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Dalam sebuah studi, persepsi murid terhadap lingkungan pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru merupakan faktor paling penting yang memperkuat motivasi dan prestasi murid. (McCombs, 2001 ; McCombs & Quiat, 2001)

Dalam prinsip pembelajaran learner-centered muridlah yang dituntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran dikelas. Guru hanya sebagai fasilitator yang bertugas mengarahkan murid, selebihnya murid yang melakukan pembelajaran sendiri, memahami dan menemukan pengetahuan secara mandiri. Prinsip learner-centered berisi faktor kognitif dan meta kognitif (sifat dari proses pembelajaran, tujuan pembelajaran, konstruksi pengetahuan, pemikiran strategis, pemikiran tentang pemikiran dan konteks pembelajaran) mendorong guru untuk membantu murid secara aktif mengkontruksi pemahaman mereka, menentukan tujuan dan rencana, berpikir mendalam dan kreatif, memantau pembelajaran mereka, memecahkan problem dunia nyata, mengembangkan rasa percaya diri yang positif faktor emosi dan emotional, motivasi instrinsik untuk belajar, belajar sesuai dengan level perkembangan, bekerja sama secara efektif dengan orang lain (termasuk orang yang berbeda latar belakang), mengevaluasi preferensi mereka, dan memenuhi standar.

Perspektif Motivasi
1.  Perspektif Behavioral
Perspektif ini lebih menekankan pada pemberian imbalan dan hukuman eksternal. Perspektif ini mengatakan bahwa ketika tindakan seseorang diberi stimuli positif atau negatif (insentif) maka akan menimbulkan perilaku yang baik yang menambah kesenangan atau minat belajar dikemudian hari atau masa depan. Stimuli positif dapat berupa pemberian imbalan, tanda bintang/pujian, penghargaan dan bentuk lainnya. Sedangkan stimuli negatif adalah pemberian hukuman. Dengan pemberian insentif positif diharapkan akan menimbulkan perilaku yang positif dan meninggalkan perilaku yang tidak baik. Dan pemberian stimuli negatif diharapkan akan menghasilkan perilaku yang baik yang berlawanan dengan perilaku sebelumnya.
2.  Perspektif Humanistis
Pada perspektif ini lebih ditekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, serta kebebasan untuk memilih nasib mereka. Perpsektif ini berhubungan dengan pandangan Abraham Maslow yang mengatakan bahwa kebutuhan dasar harus terpenuhi/terpuaskan terlebih dahulu baru kemudian dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.
Abraham Maslow juga membuat Hierarki Kebutuhan, yaitu:
•           Fisiologis: lapar, haus, tidur
•           Keamanan: berthana hidup, seperti perlindungan dari perang dan kejahatan.
•           Cinta dan rasa memiliki: keamanan, kasih sayang, dan perhatian dari orang lain.
•           Harga diri: menghargai diri sendiri
•           Aktualisasi diri: realisasi potensi diri
Menurut maslow seseorang harus memenuhi kebutuhan fisiologisnya seperti makan sebelum belajar sehingga dapat memaksimalkan prestasi atau proses belajar mereka.
Aktualisasi diri maksudnya motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara maksimal sebagai manusia. Maslow beranggapan bahwa aktualisasi diri hanya akan terpenuhi jika kebutuhan yang dasarnya sudah terpenuhi.
3.  Perspektif Kognitif.
Menurut perspektif ini, murid sendirilah yang memotivasi diri mereka. Termasuk dalam motivasi internal murid dalam mencapai sesuatu atau persepsi mereka tentang apa sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan, menganggap bahwa usaha mereka menetukan bagaimana keberhasilan mereka ke depannya). Perspektif kognitif juga menekankan arti penting dari penentuan tujuan, perencanaan, dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan.
4.   Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah bentuk dalam berhubungan dengan orang lain secara aman. Keterhubungan ini memerlukan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan personal yang akrab dan hangat. Artinya seseorang harus menjalin hubungannya terlebih dahulu dengan orang lain, kemudian menjaga hubungan tersebut agar tetap terjaga dengan baik, serta memperbaiki hubungan yang renggang agar tetap akrab dan terjalin harmonis.
Kebutuhan afiliasi seseorang dapat dilihat dengan seberapa lama ia menghabiskan waktu dengan teman sebayanya, guru, saudara, atau dengan keluarga seperti ibu, tante, paman. Murid yang memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang disekitar seperti disekolah tentunya akan menunjang dan memberi semangat dalam bersekolah untuk meraih prestasi. Kebutuhan hubungan ini merupakan hal yang paling penting dalam motivasi dan prestasi murid untuk mengetahui apakah hubungan mereka dengan guru positif atau tidak.
Motivasi : Murid berprestasi rendah dan sulit didekati
Di dalam buku Santrock dikatakan bahwa salah satu aspek yang sulit dalam mengajar adalah bagaimana membantu murid yang berprestasi rendah dan sulit didekati. Jere Brophy (1998) mendeskripsikan strategi untuk mwningkatkan motivasi dua jenis murid yang sulit didekati dan berprestasi rendah ini : (1) murid yang tidak semangat dan kurang percaya diri dan kurang bermotivasi untuk belajar, dan (2) murid yang tidak tetarik atau terasing.
Teknologi
Seiring dengan perkembangan teknologi pembelajaran dan pengajaran telah mengalami banyak perubahan. Penggunaan metode pengajaran yang berbasis komputerisasi haruslah lebih diperluas lagi di sekolah-sekolah agar ia mampu bersaing didunia globalisasi ini. Seperti  penggunaan internet yang merupakan :
a.    Inti dari komunitas melalui komputer. Sistem internet berisi ribuan jaringan komputer yang terhubung diseluruh dunia, menyediakan informasi yang tak terhingga yang dapat diakses murid.
b.   Word Wide Web adalah sistem pengmbilan informasi hypermedia yang menghubungkan berbagai materi internet, materi ini mencakup teks dan grafis.
c.    Website adalah lokasi individu atau organisasi di internet. Website menampilkan informasi yang dimasukkan oleh individu atau organisasi

Pendidikan Multikultural
Ada 2 tokoh yang mendasari terbentuknya teori belajar sosio-kultural:
      1.  Piaget
Piaget berpendapat bahwa belajar ditentukan karena adanya karsa individu artinya pengetahuan berasal dari individu. Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu utama terjadinya belajar adalah individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi faktor sekunder.
Keaktifan siswa menjadi penentu utama dan jaminan kesuksesan belajar, sedangkan penataan kondisi hanya sekedar memudahkan belajar. Perkembangan kognitif merupakan proses genetik yang diikuti adaptasi biologis dengan lingkungan sehingga terjadi ekuilibrasi. Untuk mencapai ekuilibrasi dibutuhkan proses adaptasi (asimilasi dan akomodasi).
Pendekatan kognitif dalam belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget yang kemudian berkembang dalam aliran kontruktivistik juga masih dirasakan kelemahannya. Teori ini bila dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan implikasi kotraproduktif dalam kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan idiologi individualisme dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya barat. pendekatan ini kurang sesuai denga tuntutan revolusi-sosiokultural yang berkembang akhir-akhir ini.
2. Vygotsky
Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal usul tindakan sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang dilatari sejarah hidupnya. Peningkatan fungsi-fungsi mental bukan berasal dari individu itu sendiri melainkan berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya.
Kondisi sosial sebagai tempat penyebaran dan pertukaran pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai sosial budaya. Anak-anak memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi sehari-hari baik lingkungan sekolah maupun keluarganya secara aktif. Perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif sesuai dengan teori sosiogenesis yaitu kesadaran berinteraksi dengan lingkungan dimensi sosial yang bersifat primer dan demensi individual bersifat derivatif atau turunan dan sekunder, sehingga teori belajar Vygotsky disebut dengan pendekatan Co-Konstruktivisme artinya perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial yang aktif pula.
Menurut Vygotsky perkembangan kognisi seorang anak dapat terjadi melalui kolaborasi antar anggota dari satu generasi keluarga dengan yang lainnya. Perkembangan anak terjadi dalam budaya dan terus berkembang sepanjang hidupnya dengan berkolaborasi dengan yang lain. Dari perspektif ini para penganut aliran sosiokultural berpendapat bahwa sangatlah tidak mungkin menilai seseorang tanpa mempertimbangkan orang-orang penting di lingkungannya.
Banyak ahli psikologi perkembangan yang sepaham denga konsep yang diajukan Vygotsky. Teorinya yang menjelaskan tentang potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Ia menekankan bahwa proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran dengan orang–orang yang ada di lingkungan sosialnya. Selain itu ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut
Manajemen Kelas
            Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid. Tren terbaru dalam manajemen kelas lebih menekankan pada pembimbingan murid untuk menjadi lebih mau berdisiplin diri dan tidak terlalu menekankan pada kontrol eksternal atas diri murid. Publik meyakini bahwa kurangnya disiplin adalah problem utama di sekolah, namun psikologi pendidikan telah mengubah fokusnya. Kini, yang ditekankan adalah cara mngembangkan dan memelihara lingkungan kelas yang positif yang mendukung pembelajaran. Ini merupakan penggunaan strategi proaktif preventif, bukan menggunakan taktik disipliner reaktif.
            Para peneliti di bidang psikologi pendidikan senantiasa menemukan bahwa guru yang membimbing dan menata kegiatan kelas secara kompeten jauh lebih efektif ketimbang guru yang hanya menekankan pada disiplin.
            Manajemen kelas yang efektif memiliki dua tujuan: membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan, dan mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional. Dalam menghasilkan manajemen kelas yang efektif , mendesain lingkungan fisik merupakan hal yang penting dalam mendukung pembelajaran.






BAB III :
PEMBAHASAN
Orientasi Belajar
Berdasarkan hasil observasi kami dikelas, orientasi belajar yang diterapkan pada setiap bidang studi cenderung berbeda. Pada hasil observasi kami pada bidang studi ekonomi yang merupakan lintas minat pada kelas tersebut, orientasi belajarnya mengarah pada Learner-Centered, dimana siswa dituntut untuk aktif dalam menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Guru hanya sebagai fasilitator yang memberikan penjelasan kepada murid dari hasil jawaban kelompok yang menjawab. Karena, metode pembelajaran pada bidang studi ekonomi adalah diskusi, murid tampaknya lebih aktif mencari jawaban dan mendiskusikannya dengan temannya.
Namun pada bidang studi kimia, orientasi belajar yang diterapkan lebih mengarah pada Teacher-Centered, dimana proses belajar mengajar di dalam kelas lebih berfokus pada perencanaan dan isntruksi yang disusun dengan ketat oleh guru. Dari hasil observasi kami dikelas, sang guru lebih berfokus pada pemberian materi dan dasar-dasar teori dengan ceramah dan latihan soal, dimana pengerjaan soal tersebut di arahkan kepada masing-masing individu tanpa adanya proses diskusi antar  teman. Guru tersebut juga cenderung menjelaskan dan lebih sedikit mengarahkan pertanyaan kepada murid dalam proses belajar mengajar.
Motivasi
Dalam tugas ini kami mendapat jawaban siswa dengan melontarkan beberapa pertanyaan yang mengarah pada motivasi mereka dalam bersekolah, motivasi masuk pada jurusan IPA, dan apakah pentingnya pemenuhan fisiologis dalam peningkatan prestasi belajar. Dari hasil yang kami dapatkan beberapa siswa menyatakan bahwa motivasi mereka mengacu pada Perspektif Kognitif.

Pertanyaan
1.      Apa tujuan mereka datang ke sekolah?
Beberapa siswa yang kami tanyai menjawab bahwa tujuan mereka adalah ingin benar benar belajar untuk meraih cita-cita mereka.
2.      Lebih suka mengerjakan tugas dirumah atau disekolah? Alasannya?
Siswa laki-laki menjawab lebih suka mengerjakan tugas disekolah, alasannya karena ada teman yang bisa kerjasama untuk mengerjakannya. Beberapa siswa perempuan juga menjawab disekolah karena alasannya bisa berdiskusi bersama teman yang lain serta lebih seru. Ada juga yang menjawab dirumah karena lebih konsentrasi pada tugas.
3.      Menurut teman-teman apakah sarapan sebelum berangkat sekolah itu penting? Alasannya?
Mereka menjawab sangat penting karena kalau sudah makan maka akan lebih konsentrasi jika belajar.
4.      Menurut teman-teman bagaimana belajar yang efektif itu?
Jawaban mereka adalah belajar dengan sistem SKS, diskusi, dan ceramah.
Alasan yang menjawab ceramah adalah karena kalau diskusi  akan membuat kelas ribut, serta kalau diskusi guru akan lebih tepat untukmenjelaskan materinya.
Alasan yang menjawab diskusi adalah karena bisa menambah ilmu dari ilmu yag dimiliki teman yang lain serta bisa bertukar pikiran.
5.      Misal ada teman kamu yang belajar pada saat jam istirahat, apakah kamu ikut belajar juga atau tidak?
Mereka serentak menjawab tidak.
6.      Mengapa memilih jurusan IPA?
Beberapa dari mereka menjawab karena ingin mendapat pekerjaan yang lebih bagus, ingin mendapat pekerjaan dengan cepat, suka dengan pelajaran-pelajaran IPA serta ada juga yang mengatakan ingin masuk fakultas kedokteran disuatu universitas.
7.      Misal jika guru melontarkan pertanyaan dan memberikan hadiah bagi yang dapat menjawabnya, apakah teman-teman semakin bersemangat untuk belajar dan mencari tahu?
Jawaban mereka adalah tidak bersemangat dalam artian mereka tetap bersikap seperti belajar biasa.
8.      Senang gak sih diberi tugas oleh guru?
Beberpa siswa laki-laki menjawab senang karena bisa mengasah kemampuan dari materi yang sudah dipelajari. Siswa perempuan juga menjawab senang karena dengan diberi tugas itu membantunya untuk lebih tahu dimana kekurangannya dan menguji sampai dimana sebenarnya pemahamannya.
Dari beberapa pertanyaan inilah kami mengambil kesimpulan bahwa mereka memiliki motivasi dalam perspektif Kognitif. Karena jawaban mereka mengarah pada perspektif itu dengan menunjukkan keseriusan mereka saat belajar dan dalam mencapai cita-cita. Ini juga tampak jelas saat pelajaran kimia dimulai. Siswa-siswa serius mendengarkan penjelasan guru, mata mereka juga memperhatikan sang guru, lebih kondusif serta lebih antusias.
Nama Guru : C.M Simanjuntak
Sudah mengajar selama 36 tahun
-          Motivasi guru tersebut mengajar di Sma ini untuk mengembangkan materi yang telah dia kuasai,mengenai mata pelajaran kimia bagi murid-murid jurusan sains
-          Metode pembelajarannya : Ceramah, Latihan, atau kerja kelompok tergantung materi yang diberikan
-          Cara pengerjaannya : Dijelaskan terlebih dahulu, lalu ditugaskan untuk mengerjakan beberapa soal
-          Motivasi murid-murid , Hanya sebagian saja yang memiliki motivasi tinggi untuk mengerti dan mempelajari mata pelajaran kimia ini, sebagian siswa ada juga yang merasa tidak takut akan sanksi yang diberikan kepada guru nya.
-          Proses pembelajaran yang dikerjakan oleh anak murid tidak efektif, karena hanya beberapa siswa saja yang aktif dan dapat mengerti apa yang dijelaskan oleh gurunya. Dan murid yang tidak mengerti dikarenakan tidak memiliki motivasi, murid yang tidask memiliki motivasi banyak melakukan kegiatan menyimpang didalam kelas seperti bermain hp, berkaca,ngobrol dengan temannya, dan tidak mencatat apa yang diterangkan pada gurunya
Beberapa siswa yang diwawancarai :
1.  Igede (10  Ipa II ) Memilih masuk ipa karena lebih mudah mendapatkan peluang pekerjaan, igede tersebut memilih ipa karena motivasi intrinsik dari dalam diri dia sendiri dan mendapat dukungan dari lingkungannya.
2.  Amsal (10 Ipa II ) memilih jurusan ipa dikarenakan suka terhadap pelajaran yang berbau angka.
3.   Tere (10 Ipa II)  memilih jurusan IPA karena dia ingin masuk ke fakultas Kedokteran

Motivasi : Murid berprestasi rendah dan sulit didekati
Setelah kami melakukan observasi di SMA N 15 tepatnya di klas X IPA 2, terlihat beberapa murid yang tidak tertarik dalam belajar. Hal ini dibuktikan dari murid yang bertindak apatis dari kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Di saat guru menerangkan hanya beberapa siswa yang memerhatikan, dan selebihnya menjauhkan diri dari pembelajaran, seperti bercanda dengan teman yang lain, berbalas chat di smartphone bahkan tidur saat jam pelajaran berlangsung 

Teknologi
Menurut hasil perbincangan kami dengan guru yang mengajar dikelas. Penggunaan teknologi disekolah dapat membantu menunjang kelancaran proses belajar mengajar. Sekarang penggunaan teknologi sudah dimana-mana.
Pada saat pelajaran Kimia, guru yang mengajar di kelas X IPA 2 menggunakan laptop untuk mengurangi penggunaan kertas. Jadi saat diskusi, pertanyaan-pertanyaan para siswa diketik dalam laptop.Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi di berbagai bidang termasuk teknologi internet maka dunia pendidikan juga harus menyesuaikan diri  mengikuti perkembangan.  Guru sebagai ujung tombak dunia pendidikan, maka untuk menunjang pekerjaannya yang sekarang sudah  menjadi profesi  berdasarkan undang-undang guru dandosen. Semua guru harus belajar teknologi internet dan komputer. 
Karena kelas X menggunakan kurikulum 2013, sehingga belum ada buku yang disediakan oleh sekolah untuk proses belajar. Sehingga para siswa menggunakan HP di kelas ataupun di rumah agar membantu kelangsungan proses belajar mengajar. Dan mempermudah para siswa mencari materi. Dan ada banyak siswa di kelas X MIA 2 sudah mempunyai HP. Saat proses belajar berlangsung, para siswa banyak yang menggunakan HP untuk searching pelajaran. Dan meski ada juga yang mengguakannya untuk bermain game saat proses belajar mengajar.
“Saya sendiri akan menyuruh mereka untuk mencari dan menyiapkan materi dengan mencari di internet. Karena mereka kurikulum 2013, jadi mereka belum ada buku, yang ada Cuma buku LKS dan itu harus mereka beli seharga 10 ribu. Perpustakaan juga tidak menyediakan buku untuk kurikulum 2013. Daripada gak ada materi, mereka cari diinternet aja”. Ujar guru yang mengajar dikelas tersebut. Dan para siswa lebih memilih mencari tugas atau materi pelajaran di internet daripada buku. Alasanan mereka karena meggunakan internet lebih mudahdan lengkap.

Pendidikan dalam Sosiokultural
Dalam penelitian kami ke SMA 15 Medan, kami mendapatkan data bahwa siswa di kelas 10 IPA 2 memilki lebih dari dua suku. Dimana itu ialah
1.     Suku Jawa terdiri dari 14 siswa
2.   Suka batak toba terdiri dari 17 siswa
3.  Suku batak karo terdiri dari 5 siswa
4.   Suku yang lainnya terdiri dari 10 siswa
Meskipun di dalam kelas tersebut terdapat lebih dari 2 suku, namun di dalam kelas sama sekali tidak ada perbedaan. Yang kami maksud dalam perbedaannya ini adalah bahwa dari mereka tidak ada membentuk ‘genk’ yang hanya terdiri dari satu suku itu saja. Mereka saling berbaur satu sama lain.



Di dalam kelas juga kami mendapatkan data pekerjaan orang tua dari siswa kelas 10 IPA 2, yaitu
1.    PNS terdiri dari 12 siswa
2.  Wiraswasta terdiri dari 10 siswa
3.  Dan lain lain terdiri dari 26 siswa
Di dalam kelas tentu setiap murid memiliki orang tua yang memiliki profesi yang berbeda beda. Dan tentu saja setiap profesi menghasilkan penghasilan yang berbeda beda juga. Karena itu pasti setiap anak akan memiliki tingkat sosial yang berbeda. Namun setelah kami perhatikan, bahwa di dalam kelas tidak ada tingkat social berdasarkan penghasilan orang tua. Mereka saling berteman dengan baik. Dan mereka tidak ada mengasingkan siswa yang kurang mampu.  Mereka menghormati perbedaan yang ada di dalam kelas. 

Manajemen kelas
a.   Lingkungan Fisik Kelas
        Ruang kelas X IPA2 di SMA N 15 tidak terlalu luas, sehingga untuk berlalu lalang tidak terakses dengan mudah. Fasilitas seperti lemari kecil terletak di sebelah kiri dari dinding kelas, sebuah  kipas angin di bagian belakang kelas, dan juga ada sebuah proyektor yang tergantung di langit-langit atap kelas. Guru menggunakan buku pribadi untuk memberikan materi dalam kegiatan belajar mengajar, sedangkan murid tidak memiliki buku sebagai materi dalam belajar, dikarenakan tidak tersedianya buku dari sekolah termasuk perpustakaan.
b.  Gaya penataan kelas
         Gaya penataan kelas X IPA2 SMA N 15 medan bergaya auditorium tradisional, dimana semua murid duduk menghadap guru. Penataan ini membatasi kontak murid tanpa tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja. Gaya auditorium ini dipakai ketika guru mengajar atau seseorang memberi presentasi ke kelas.




c.   Gaya pengajaran
      Ketika pelajaran ekonomi di kelas X IPA 2, gaya pengajaran yang dilakukan oleh guru melibatkan gaya permisif, dimana guru memberi memberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka. Sehingga respon yang dihasilkan murid  dari gaya pengajaran ini hanya sedikit murid yang memberikan perhatian pada pelajaran, dan selebihnya lebih memilih diam (pasif) dan bermain smartphone. Namun, guru tidak menegur siswa yang pasif. Disini dapat dilihat, bahwa guru menggunakan gaya pengajaran permisif.
      Memasuki les ke 4, yaitu pelajaran kimia. Guru menggunakan gaya pengajaran otoritatif, berbeda dengan pelajaran ekonomi sebelumnya. Dimana guru memberikan tugas dengan menjelaskan aturan dan regulasi terlebih dahulu  dan mereka mandiri dalam mengerjakannya. Hasilnya adalah respon yang baik oleh siswa  dan siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Desain Poster





Dokumentasi









BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
            Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang kami lakukan, kami menyimpulkan bahwa siswa memiliki motivasi dalam belajar yang berspektif kognitif, dimana pemikiran siswa yang akan memandu motivasi mereka dengan menunjukkan keseriusan mereka saat belajar dan dalam mencapai cita-cita. Kita juga dapat mengetahui bahwa siswa lebih mengarah pada motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri dalam melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri. Mereka belajar untuk menambah ilmu mereka sendiri. Peran guru dalam proses belajar mengajar pastinya sangat berpengaruh. Motivasi dari guru merupakan motivasi ekstrinsik bagi siswa yang diharapkan dapat  menambah semangat belajar pada siswa.
Motivasi memegang peranan yang penting dalam kegiatan belajar dan mengajar. Motivasi dalam belajar diharapkan dapat menggugah semangat belajar terutama bagi siswa yang memilki sedikit minat dalam belajar. Semakin kuat motivasi seseorang, maka semakin baik kualitas dari yang dilakukannya, termasuk dalam kegiatan belajar.

Testimoni
Suci Pratiwi : Saya merasa observasi ini cukup bermanfaat dan menarik karena saya sedikit banyaknya mendapatkan pengalaman baru. Hal-hal berkesan banyak kami amati dan pelajari dari murid SMA 15. Dari cara mereka berdikusi dan menggunakan teknologi seperti handphone saat mencari informasi yang didiskusikan

Nur Aliya : Menghadapi anak SMA kelas X yang masih labil dan caper memberi kesulitan kepada saya dan membuat hati nurani berbicara bagaimana dahulu saat saya berada diposisi mereka. Gak nyangka sekarang udah jadi kakak kakak. Yang dulunya saya yang di observasi. Sekarang giliran saya yang mengobservasi. Dan pas observasi berlangsung, serasa kembali ke masa-masa SMA, ikut belajar diruang kelas tersebut melihat tingkah murid-murid dikelas itu dan saat itu ada rasa rindu masa masa SMA. Perasaan senang saat melakukan observasi, meskipun ini bukan yang pertama kalinya berhadapan didepan anak SMA. Kalau untuk observasi memang baru pertama kalinya tapi, rasa grogi itu tetap ada. Observasi ini memberikan pengalaman meski kurang menyenangkan. Karena kurang disambut ramah oleh penghuni sekolah. Tapi saya merasa senang bahwa kami telah diizinkan untuk melakukan observasi di sekolah tersebut.

Fanny Sofy Ariski : Tugas observasi ini lumayan sulit. Karena ini pertama kali saya melakukan observasi. Dan pastinya ya pertama kali juga buat laporan tentang hasil dari observasi. Waktu pengerjaannya juga tergolong sangat singkat, karena terpotong dengan jadwal ujian anak kelas 3 SMA, sehingga waktu yang ditentukan untuk observasi diundur sesuai jadwal sekolah. Tapi sejauh ini, tugas observasi benar-benar menambah pengetahuan dan pengalaman baru. Jadi pernah deh observasi sekolah.

Septiana G. D. Naibaho : Saat pertama kali dikatakan bahwa ada tugas observasi ke sekolah rasanya ngebebani banget, karena merasa kalau yang namanya observasi itu pasti capek bangetttt. Belum lagi nyatuin waktu sama teman yang lain, pembagian tugasnya dan bingung nanti gimana prosesnya. Intinya pada tugas ini butuh kekompakkan dan keseriusan. So far so goodddd!

Melsy Yuniar Silalahi  : Ketika diberi tugas oleh dosen untuk mengobservasi rasanya campur aduk. Ada karna senang ada juga sedihnya. Senangnya pas observasi pasti nnti bertemu orang baru dan ada pasti punya pengalaman yang seru. Sedihnya itu, observasi berrarti harus kelompok. Kelompok bukan hanya satu dua orang tapi 7 orang. Disini kami harus saling bertukar pikiran, menjaga kekompakan, dan juga kami harus menguasai materi yang harus kami observasi di dalam kelas. Dan sedihnya lagi harus buat laporan. Tapi ya aku menikmatinya. Seru!!

Devi Novia Sari : Selama saya melakukan observasi di SMA N 15 Medan ini, saya mendapatkan pengalaman yang baru, yang belum pernah saya rasakan. Apalagi berhadapan langsung dengan guru dan siswa yang akan saya observasi. Selama observasi berlangsung saya dapat melihat perbedaanmurid yang mmeperhatikan guru dan murid yang acuh tak acuh terhadap pelajaran. Seperti nostalgia saya ketika masa sekolah dulu. Dan karena observasi ini saya dapat belajar membedakan dan melihat perbedaan motivasi motivasi yang ada didalam diri setiap murid murid.

Agung Muhammad Taufiq : Menurut saya, tugas observasi tentang manajemen kelas ini sangat menyenangkan, karena kita tidak melulu mempelajari teorinya, tetapi kita juga bisa mengaplikasikannya langsung melalui observasi ini, sehingga pemahaman tentang materi-materi yang selama ini diberikan menjadi lebih jelas. Ditambah lagi sekolah yang kami observasi memberikan respon yang hangat dan mudah bekerja sama, sehingga mempermudah kami dalam proses observasi tersebut.
Daftar Pustaka


Santrock, J. W. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.


Mampir juga yah ke blog teman saya  

Melsy Yuniar Devi Novia Agung Muh Taufiq Septiana Naibaho Fanny Sofy Ariski suci pratiwi Tonton juga Video aksi observasi kami disini Dan jangan lupa di subscribe
👉 https://m.youtube.com/watch?v=cV34GGxS3qA
Dan berikut PPT hasil Observasi kami
 

Pandangan Pertama Template by Ipietoon Cute Blog Design